Hindari 10 Jenis Kesalahan Berpikir (Logical Fallacies) untuk kualitas pikiran yang lebih sehat

Kesalahan berpikir atau sesat pikir adalah fenomena ketidakdisiplinan dalam berfikir lurus, baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.

Mengutip buku Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika (2020), tidak kurang dari 40 jenis kesalahan berpikir yang acapkali menjangkiti proses berpikir seseorang.

Sebelum kita bahas satu per satu jenis sesat pikir tersebut, mari memahami apa itu kesalahan berfikir dalam ilmu logika.

Apa Itu Kesalahan Berfikir (Logical Fallacy)?

Fallacy berasal dari bahasa latin yaitu fallacia yang berarti deception atau “menipu”. Menurut Irving M Copi et al (2014), sesat pikir adalah tipe argumen yang terlihat benar, namun sebenarnya mengandung kesalahan dalam penalarannya.

Ada dua kategori utama sesat pikir, yakni kesesatan formal (formal fallacy) dan kesesatan informal (informal fallacy).

Kesalahan formal merupakan sesat pikir yang tidak berkaitan dengan tata bahasa dan konteks sebuah argumen. Tetapi lebih pada pola/struktur argumen yang diucapkan.

Misalnya;

– Orang yang kuliah akan cepat sukses

– Herman adalah orang yang sukses

– Berarti Herman pernah kuliah (padahal faktanya tidak).

Sementara itu, Kesalahan Informal merupakan sesat pikir akibat konten dan konteksnya, bukan struktur argumennya.

Salah satu contoh Kesalahan Informal misalnya Argumen ad Hominem, yakni sesat pikir yang terjadi karena menyerang karakter seseorang alih-alih argumen yang bersangkutan.

– Tidak layak kau menasihatiku tentang hidup hemat, sementara belanjamu saja pakai Shopeepay later

Apa Penyebab Sesat Pikir ?

Penyebab sesat pikir terjadi adalah karena manusia acapkali terjatuh pada ketidaktertiban dalam menyusun argumen (premis) maupun menarik sebuah kesimpulan.

Memang ada orang yang menggunakan model berpikir ini (logical fallacy) sengaja ingin menipu lawan bicaranya dengan berbagai tujuan, misalnya ingin menang atas lawan bicaranya.

Namun yang paling sering sesat pikir terjadi di luar kesadaran seseorang, alias faktor ketidak-tahuannya, sehingga kesimpulan-kesimpulan yang lahir diyakini sebagai kebenaran final.

Jenis – Jenis dan Contoh Sesat Pikir dalam Kehidupan Sehari – hari

Dari sekian banyak jenis kesalahan berpikir yang dirumuskan oleh para ahli logika, sekurang-kurangnya ada 10 jenis kesalahan berpikir yang kerapkali mudah dijumpai di sekitar kita. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya.

1. False Dilemma

False Dilemma adalah sesat pikir yang terjadi ketika hanya menghadirkan dua pilihan atau pertanyaan, padahal masih terbuka akan opsi lain, sehingga orang akan terjebak hanya pada pilihan yang tersedia. False Dilemma juga sering disebut sebagai argumen hitam putih atau “dikotomi palsu”

Misal:

– “Karena kau selalu mengkritik Pemerintah, berarti kau adalah musuh pemerintah”

– “Karena kau tidak membalas perasaannya, berarti kau tidak suka dia”

– “Apakah kau masih mendukung FPI ?”

2. Argumentum from Ignorance

Argumentum from Ignorance adalah sesat pikir yang terjadi di atas argumen yang menyatakan kalau sesuatu itu tidak terbukti benar, berarti salah, atau sebaliknya, kalau tidak terbukti salah, berarti benar. Padahal yang terjadi sebenarnya belum ada cukup bukti untuk menyatakan sesuatu itu salah atau benar.

Contoh:

– “Karena kau tidak dapat membuktikan adanya Tuhan, berarti Tuhan memang tidak ada.”

– “Karena Ilmuwan belum mampu membuktikan Kiamat akan terjadi, berarti memang tidak akan terjadi.”

3. Slippery Slope

Slippery Slope adalah sesat pikir yang diakibatkan penyusunan argumen sebab-akibat yang tidak tepat. Mode berpikir ini biasanya berbentuk

“Jika p maka q, jika q maka r, dan seterusnya.”

Akibatnya adalah kesimpulan yang lahir akan diyakini sebagai kebenaran final yang mesti seperti itu.

Contoh:

– “Kalau kamu kuliah S-2, maka kamu akan dihormati oleh orang lain, jika kamu dihormati oleh orang lain, kamu akan lebih percaya diri, jika kamu percaya diri, kamu akan hidup lebih bahagia”

4. Argumentum ad Baculum

Argumentum ad Baculum adalah sesat pikir yang terjadi karena sebuah argumen dibangun dengan intervensi kekuasaan atau manipulasi ketakutan. Acapkali orang akan terjebak pada konsekuensi yang tidak menyenangkan kalau ia tidak setuju dengan argumen atau pernyataan yang dikemukakan.

– “Habib Riziq adalah pemuka agama yang kasar. Kalau kamu selalu ikut pengajiannya, kamu akan menjadi muslim yang kasar.”

– “Sebaiknya kamu mendukung Presiden 3 periode agar beasiswamu tidak dicabut.”

5. Argumentum ad Misercordiam

Argumentum ad Misercordiam adalah sesat pikir yang disebabkan oleh argumen yang dibangun berdasar perasaan belas kasihan, cinta, atau aspek emosi lainnya.

– “Sebaiknya kau tidak mengkritiknya. Mereka telah lelah begadang tiap hari mengerjakan laporan tersebut.”

– “Dia dibenarkan mencuri karena miskin dan tidak lagi memiliki keluarga yang mengurusnya.”

6. Prejudicial Language

Prejudicial Language adalah sesat pikir yang disebabkan oleh permainan berbagai macam istilah yang bermuatan emosional. Sekilas jenis ini mirip dengan Argumentum ad Misercordiam.

– “Laki-Laki sejati adalah dia yang merokok dan minum alkohol.”

– “Orang taat agama adalah mereka yang patuh pada perintah Kiai-nya.

7. Argumentum ad Populum

Argumentum ad Populum adalah sesat pikir yang terjadi karena sebuah argumen atau kesimpulan dianggap benar berdasarkan banyak orang menganggapnya benar. Frasa yang paling populer di telinga kita adalah “suara mayoritas, suara kebenaran” atau “Banyak orang melakukannya”

– “Perempuan cantik adalah dia yang kulitnya putih dan tinggi semampai.”

– “Pria sukses adalah dia yang menjadi Polisi, Tentara atau Pelaut.”

8. Argumentum ad Hominem

Argumentum ad Hominem adalah sesat pikir yang terjadi karena argumen yang disusun dengan menyerang aspek pribadi lawan bicara alih-alih berfokus pada argumennya. Jadi yang disoroti adalah karakter, motif, atau latar belakang si lawan bicara, bukan isi argumennya.

– “Tidak usahlah kau nasehati saya hidup sehat, kalau kau sendiri sering mabuk.”

– “Tidak usah dengarkan pendapat dia, anak baru kemarin sore mau sok-sok mengkritik kebijakan pemerintah.”

9. Argumentum ad Verecundiam

Argumentum ad Verecundiam adalah sesat pikir yang terjadi akibat sebuah argumen dianggap pasti benar karena berasal dari kata ahli, punya gelar atau otoritas tertentu. Merujuk pendapat ahli itu penting, tetapi kita perlu memastikan apakah keahlian atau kompetensinya relevan dan memadai dengan masalah utama yang sedang dibahas. Jangan sampai kita sedang bahas tentang penyakit kanker tapi yang dirujuk pendapat ahli teknik mesin atau ahli linguistik.

– “Pakar Pendidikan merekomendasikan solusi mengurai kemacetan dan tata ruang kota.”

10. Hasty Generalization

Hasty Generalization adalah sesat pikir yang terjadi ketika kesimpulan yang diambil terlalu tergesa-gesa tanpa menghadirkan bukti atau sampel yang memadai. Bahasa sederhanya “terlalu gampang meng-generalisasi sesuatu”

– “Semua cowok itu sama saja (Padahal ia hanya disakiti oleh 4 orang pria).”

– “Si Fulan dan 3 orang temannya adalah preman dari Maluku. Berarti orang Maluku kebanyakan adalah preman.”

Demikianlah berbagai jenis dan contoh sesat pikir yang umum terjadi di sekitar kita. Dengan memahami bentuk-bentuk sesat pikir di atas, seyogyanya dapat menuntun proses berpikir kita dengan tepat.

Selain itu, belajar mengenali mode sesat pikir sama dengan mengaktifkan kewaspadaan terhadap kelemahan-kelemahan kekuatan berpikir yang acapkali kita bangga-banggakan.

Manusia adalah mahluk yang tidak sempurna. Bentuk ketidaksempurnaan itu, salah satunya berwujud pada akal pikiran yang mudah tertipu dan menipu, tersesat dan menyesatkan bahkan mudah tergadai oleh kepentingan sesaat. (Faiz: 2020)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top